TUGAS TEKNOLOGI
INFORMASI
PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN FISHFINDER DALAM SEKTOR PERIKANAN
TANGKAP
Oleh :
AIDA NURUS SUROYYA
26010313130098
PEMANFAATAN
SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN
DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS
DIPONEGORO
SEMARANG
2014
TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN
Wilayah Republik Indonesia sebagian
besar berupa laut, oleh karena itu wilayah Indonesia sering disebut sebagai
benua maritim. Sebagai archipelagic state (negara kepulauan) dengan luas laut
5.8 juta km2 Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam potensi sumberdaya
perikanan dan kelautan. Laut Indonesia terbagi dalam wilayah Zona Ekonomi
Ekslusif (ZEE) seluas 2.7 juta km2 dan Laut Teritorial sebesar 3.1 juta km2.
wilayah perairan laut Indonesia memiliki kandungan sumberdaya alam khususnya
sumberdaya hayati (ikan) yang berlimpah dan beraneka ragam.
Pemanfaatan
sumberdaya ikan laut Indonesia di berbagai wilayah tidak merata. Di beberapa
wilayah perairan masih terbuka peluang besar untuk pengembangan pemanfaatannya,
sedangkan di beberapa wilayah yang lain sudah mencapai kondisi padat tangkap
atau overfishing. Karena negara Indonesia dilalui oleh garis khatulistiwa,
mempunyai karakteristik yang unik karena di wilayah perairan tersebut sering
terjadi interaksi antara masa air yang data dari samudra hindia dan samudra
pasifik.
Potensi
tersebut merupakan sumber daya alam asli Indonesia yang belum secara optimal
dikelola secara serius dalam program pembangunan nasional. Oleh karena itu,
diperlukan pengeolaan untuk dimanfaatkan seluas-luasnya bagi peningkatan
kesejahteraan dan taraf hidup bangsa Indonesia. Karena sifat diatas, maka
keberadaan daerah ikan di perairan Indonesia bersifat dinamis, selalu
berubah/berpindah mengikuti pergerakan kondisi lingkungan, yang secara alamiah
ikan akan memilih habitat yang lebih sesuai. Sedangkan habitat tersebut sangat
dipengaruhi oleh kondisi atau parameter oseonografi perairan seperti temperatur
permukaan laut, salinitas, konsentrasi klorofil laut, cuaca dan sebagainya,
yang berpengaruh pada dinamika atau pergerakan air laut baik secara horizontal
maupun vertical.
Masalah utama
yang dihadapi dalam upaya optimalisasi hasil tangkapan ikan adalah sangat
terbatasnya data dan informasi mengenai kondisi oseanografi yang berkaitan erat
dengan daerah potensi penangkapan ikan. Armada penangkap ikan berangkat dari
pangkalan bukan untuk menangkap tetapi untuk mencari lokasi penangkapan
sehingga selalu berada dalam ketidakpastian tentang lokasi yang potensial untuk
penangkapan ikan, sehingga hasil tangkapannya juga menjadi tidak pasti. Disamping
itu, sebagai akibat dari ketidakpastian lokasi penangkapan mengakibatkan kapal
penangkap banyak menghabiskan waktu dan bahan bakar untuk mencari lokasi
fishing ground, dan ini berarti terjadi pemborosan bahan bakar.
Peran IPTEK
sangat sangat diperlukan disini, dimana tanpa adanya dukungan IPTEK yang handal
akan sulit bagi nelayan untuk dapat keluar dari lingkaran kemiskinan yang
selama ini mengelilingi mereka. Salah satu teknologi yang dapat memberikan
informasi kepada nelayan lokal mengenai wilayah perairan yang surplus ikan
adalah teknologi penginderaan jauh atau remote sensing. Penginderaan jauh
mempunyai potensi untuk aplikasi bagi perikanan tangkap. Beberapa parameter
yang diperlukan untuk analisis daerah potensial untuk penangkapan ikan dapat
diperoleh dari penginderaan jauh, diantaranya suhu permukaan laut dan
konsentrasi klorofil permukaan.
PENERAPAN TEKNOLOGI INDERAJA UNTUK PENANGKAPAN IKAN
Inderaja dengan menggunakan
satelit merupakan sarana yang sangat bermanfaat dalam mengelola sumberdaya
perikanan secara bijaksana, termasuk kegunaanya untuk mendeteksi zona potensi
penangkapan ikan. Untuk perikanan, bukanlah ikan yang tampak langsung, tetapi
adalah fenomena alam yang memungkinkan adanya ikan di suatu tempat, karena pada
tempat itu banyak terdapat makanan ikan dan mempunyai kondisi lingkungan yang
sesuai ikan tertentu.
Terdapat sejenis plankton
yang mengandung klorofil (zat hijau daun). Plankton ini merupakan makanan ikan-ikan
kecil yang pada gilirannya akan menjadi makanan bagi ikan yang lebih besar.
Jadi dengan mendeteksi lokasi klorofil, maka secara tak langsung akan
mendeteksi lokasi yang mungkin banyak ikannya. Cara mendeteksi klorofil ini,
pada dasarnya adalah sangat sederhana. Sensor yang ada pada satelit diberi
filter hijau (band hijau) secara digital, artinya detektor akan mendeteksi
sinar hijau saja. Jadi sensor mendeteksi klorofil yang ada di laut. Tentu saja
sangat perlu dilakukan beberapa sample pengukuran di laut (in-site, pengukuran
di tempat), karena belum tentu sinar hijau yang dicatat oleh sensor satelit
berasal dari klorofil. Lokasi tempat berkumpulnya ikan dapat ditentukan dengan
kombinasi antara lokasi klorofil, suhu permukaan laut, pola arus laut, cuaca,
serta karakter toleransi biologis ikan terhadap suhu air. Terdapat beda suhu di
seantero muka laut. Hal ini disebabkan oleh naiknya lapisan air laut di sebelah
bawah ke atas (upwelling) karena perbedaan suhu. Kenaikan lapisan air ini juga
membawa zat makanan bagi kehidupan di laut. Jadi dengan mendeteksi upwelling
akan dapat pula memberi petunjuk akan adanya ikan..
Dengan demikian, penggunaan
teknologi penginderaan jauh satelit (Inderaja) khususnya satelit NOAA-AVHRR
(National Oceanic and Atmospheric Administration – Advanced Very High
Resolution Radiometer) dipadu dengan data oseanografi, data cuaca dan tingkah
laku ikan, didukung dengan metode pengolahan dan analisis yang teruji
akurasinya, merupakan satu alternatif yang sangat tepat dalam mempercepat
penyediaan informasi zona potensi ikan harian untuk keperluan inventarisasi dan
evaluasi potensi kelautan.
Data utama yang diperoleh dari data
NOAA-AVHRR adalah suhu permukaan laut yang selanjutnya disingkat dengan SPL.
Pengamatan suhu permukaan laut dilakukan dengan menggunakan data NOAA-AVHRR,
berkaitan dengan fenomena oseanografi khususnya monitoring fenomena upwelling /
thermal front harus dilakukan dengan menggunakan data NOAA-AVHRR karena tidak
memerlukan data dengan resolusi spasial yang tinggi mengingat wilayah perairan
laut yang sangat luas, tetapi memerlukan resolusi temporal (repetitive time)
yang cukup tinggi misalnya setiap 4 jam. Suhu permukaan laut merupakan
parameter oseanografi yang mempunyai pengaruh sangat dominan bagi keberadaan dan
fenomena sumberdaya hayati laut dan dinamikanya. Pengamatan dan monitoring
fenomena oseanografi dan sumberdaya hayati laut mengharuskan penggunaan banyak
data dalam selang waktu observasi tertentu (harian, mingguan, bulanan, atau
tahunan). Citra suhu permukaan laut (SPL) dari suatu perairan yang luas dapat
digunakan untuk mengetahui pola distribusi SPL, arus di suatu perairan, dan
interaksinya dengan perairan lain serta fenomena upwelling dan thermal front di
perairan tersebut yang merupakan daerah potensi ikan.
Masalah yang umum
dihadapi adalah keberadaan daerah penangkapan ikan yang bersifat dinamis,
selalu berubah / berpindah mengikuti pergerakan ikan. Secara alami ikan akan
memilih habitat yang lebih sesuai, sedangkan habitat tersebut sangat
dipengaruhi oleh kondisi oseanografi perairan. Dengan demikian daerah potensi
penangkapan ikan sangat dipengaruhi oleh faktor oseanografi perairan. Kegiatan
penangkapan ikan akan menjadi lebih efisien dan efektif apabila daerah
penangkapan ikan dapat diduga terlebih dahulu, sebelum armada penangkapan ikan
berangkat dari pangkalan.
FISHFINDER
Fishfinder digunakan untuk
mendeteksi besarnya gerombolan ikan pada lokasi yang ditunjukkan pada peta zona
potensi ikan. Dengan peralatan canggih berupa fish finder dan perlengkapan
Global Positioning System (GPS) dapat memudahkan nelayan mengetahui posisi
ikan. Alat tersebut dimungkinkan dapat mengurangi beban nelayan akibat kenaikan
Bahan Bakar Minyak (BBM).
Fishfinder merupakan teknologi suatu teknologi pendeteksian bawah air dengan
menggunakan perangkat akustik (acoustic instrument). ini sangat efektif untuk
Beberapa langkah dasar pendeteksian bawah air adalah adanya transmitter yang
menghasilkan listrik dengan frekwensi tertentu.
Kemudian disalurkan ke transducer yang akan mengubah energi listrik
menjadi suara, kemudian suara tersebut dalam berbentuk pulsa suara dipancarkan.
Bila dibandingkan dengan
metode lainnya dalam hal estimasi atau pendugaan, teknologi ini memiliki
kelebihan, antara lain: informasi pada areal yang dideteksi dapat diperoleh
secara cepat (real time). Dan secara langsung di wilayah deteksi (in situ).
Kelebihan lain adalah tidak perlu bergantung pada data statistik. Serta tidak
berbahaya atau merusak objek yang diteliti (friendly), karena pendeteksian
dilakukan dari jarak jauh dengan menggunakan suara (underwater sound).
Teknologi ini juga dapat digunakan dalam mengukur dan menganalisa hampir semua
yang terdapat di kolom dan dasar air, aplikasi teknologi ini untuk berbagai
keperluan antara lain adalah; eksplorasi bahan tambang, minyak dan energi dasar
laut (seismic survey), deteksi lokasi bangkai kapal (shipwreck location),
estimasi biota laut, mengukur laju proses sedimentasi (sedimentation velocity),
mengukur arus dalam kolom perairan (internal wave), mengukur kecepatan arus
(current speed), mengukur kekeruhan perairan (turbidity) dan kontur dasar laut
(bottom contour). Saat ini,
fishfinder memiliki peran yang sangat besar dalam sektor kelautan dan
perikanan, salah satunya adalah dalam pendugaan sumberdaya ikan (fish stock
assessment).
Dengan fishfinder ini nelayan bisa mengurangi pengeluaran
nelayan terkait dengan borosnya pemakaian BBM. Hal itu mengingat nelayan tidak
perlu berputar-putar tanpa arah hanya untuk melacak lokasi yang banyak ikannya,
sehingga kemungkinan untuk salah arah sangat kecil. Mereka hanya akan berlayar
ke tempat yang terdapat gerombolan ikan di laut sehingga dapat meningkatkan
produk ikan laut yang ada. Fishfinder yang digunakan juga dapat memberikan
informasi mengenai suhu, arus, kesuburan klorofil dan lainnya.
Pada zaman dulu,fish finder bukan sebuah alat untuk mencari
lokasi keberadaan ikan seperti sekarang, bahkan sama sekali tidak terkait
dengan bidang perikanan. Pada masa lalu peralatan ini digunakan untuk perang
mencari kapal perang yang berada di dalam laut. Kegunaan alat ini memang
sebagai alat pengintai objek di dalamair. Kemampuannya pun hanya sampai
kedalaman beberapa puluh meter. Setelah berakhirnya era perang antarnegara
adikuasa, teknologi persenjataan dan alat–alat canggih digunakan untuk
keperluan komersial, termasuk fish finder ini. Teknologinya semakin hari
semakin diperbarui. Penggunaan suara yang dipantulkan untuk menampilkan citra
di dasar laut dikembangkan sekaligus sehingga bisa mencapai dasar samudera yang
kedalamannya bisa sampai ratusan meter untuk mencari lokasi berkumpulnya ikan. Fish
finder zaman sekarang sudah banyak dipakai oleh para nelayan. Saat ini
peralatan itu, secara umum mampu mendeteksi benda – benda di laut sampai
kedalaman 2.000 m.
Semakin canggih berarti semakin luas jarak jangkauannya dan
semakin dalam jangkauan dari pemantauannya. Fish finder memanfaatkan teknologi
pendeteksian bawah air dengan menggunakan perangkat akustik (acoustic
instru-ment). Teknologi ini menggunakan suara atau bunyi untuk melakukan
pendeteksian. Sebagaimana diketahui bahwa kecepatan suara di air adalah
1.500m/detik, se-dangkan kecepatan suara di udara hanya 340 m/detik se-hingga
teknologi ini sangat efektif untuk deteksi di bawah air.
Bila dibandingkan dengan metode
lainnya dalam hal estimasi atau pendugaan, teknologi ini memiliki kelebihan,
antara lain informasi pada areal yang dideteksi dapat diperoleh secara cepat
dan secara langsung di wilayah deteksi. Kelebihan lain adalah tidak perlu
bergantung pada data statistik. Serta tidak berbahaya atau merusak objek yang
diteliti, karena pendeteksian dilakukan dari jarak jauh dengan menggunakan
underwater sound. Kehebatan lainnya, teknologi ini juga dapat digunakan dalam
mengukur dan menganalisis hampir semua yang terdapat di kolam dan dasar air,
aplikasi teknologi ini untuk berbagai keperluan lainnya.
Negara-negara yang maju pada sektor
kelautan perikanan juga menggunakan teknologi ini untuk Melakukan eksplorasi
sumber daya dengan cepat, sehingga dapat mengeksploitasi secara optimal,
efisien, dan ekonomis karena biaya eksplorasi yang murah dan waktu eksplorasi
yang cukup singkat. Jika fish finder pada awal pembuatannya hanya mampu
menampilkan warna hitam dan putih dan printernya juga demikian, sekarang bisa
memunculkan gambar secara warna, sehingga keakuratan sebuah pencarian menjadi
lebih baik.
Dengan fish finder modern Anda akan bisa membedakan manakah
sebuah objek hidup ataukah itu adalah sebuah sampah di laut. Fish finder memang
menjadi peralatan modern bagi nelayan berduit. Dengan dana yang cukup, mereka
bisa saja mencari gerombolan ikan yang berada di lautan dan menangkapnya di
sana. Namun jika anda nelayan sejati, kejelian membaca alam adalah modal utama
untuk mengetahui keberadaan ikan, ditambah pengetahuan arus laut serta
pengalaman melaut yang memadai.
Tanda – tanda alam seperti adanya
lokasi yang dipenuhi camar laut di atasnya, bisa menjadi indikator bahwa di
lokasi itu pasti terdapat ikan kecil seperti ikan teri dan tentu saja terdapat
ikan besar di dekatnya. Penggunaan peralatan ini bisa membantu mendapatkan
lokasi strategis menangkap ikan, namun sekali lagi pengalaman dan pengetahuan
tentang arus laut juga sangat penting untuk anda ketahui sebagai syarat agar
Anda bisa menentukan lokasi strategis itu. Betapa canggih pun teknologi, jika
ditambah dengan pengetahuan yang cukup akan meningkatkan kemampuan nelayan
dalam menangkap ikan.
DAFTAR PUSTAKA