OLEH AIDA NURUS SUROYYA
PSP 13
FPIK UNDIP
IV.
SUARA
4.1. TINJAUAN PUSTAKA.
Suara adalah
suatu gelombang mekanis bujur (longitudinal)
yang merambat melalui udara, air, dan perantara bermateri lainnya. Suara
merupakan salah satu faktor terpenting bagi hewan tingkat tinggi yang mempunyai
organ – organ terspesialisasi untuk menghasilkan dan mengamati gelombang - gelombang
tersebut. Dengan menggunakan gelombang bunyi, hewan - hewan tersebut mampu
berkomunikasi satu dengan yang lainnya selain itu juga untuk memperoleh
informasi tentang lingkungannya termasuk
yang hidup dalam air sebagai media komunikasi diantara individu. Ada beberapa
jenis ikan yang menjadikan suara sebagai alat komunikasi dari lingkungan
sekitar dan dengan individu yang lain. Fungsi suara erat kaitannya dengan organ
pendengaran yang dapat merespon suara dari luar, baik yang mendekati
sumber maupun yang menjauhi sumber. Ikan
yang mendekati sumber suara dikategorikan sebagai ikan acoustictaksis positive, sedangkan bagi ikan yang menjauhi sumber
suara dikategorikan sebagai ikan acoustictaksis
negative.
Beberapa
ikan menghasilkan suara sebagai suatu isyarat akustik ketika melakukan
aktivitas, antara lain saat berkomunikasi dengan individu yang lain, pencarian
pasangan, pendeteksian mangsa, saat mengalami stres, dan saat makan.
Sensitivitas frekuensi suara yang dapat diterima ikan berbeda pada tiap
kelompok umur. Pada kelompok ikan pelagis kecil seperti famili Poecillidae,
pada umur dewasa memiliki batasan frekuensi suara tertinggi yaitu 435 Hz, sedangkan
untuk ukuran muda adalah 640 Hz ( Fitri, et
all 2009)
4.1.1.
Suara di Perairan
Gerakan acoustik yang merambat pada medium air dapat membawa informasi dari
satu tempat ketempat yang lain. Ketika getaran acoustik pembawa informasi tersebut merambat dalam medium, terjadi
pelemahan yang diakibatkan oleh sebaran dan sifat serap gelombang pada air.
Gelombang acoustik merupakan jenis
gelombang longitudinal yang berasal
dari gangguan mekanis. Akibat dari sifat
elastis medium dan pelebaran yang di
teruskan dari satu titik ke titik lain di sekitarnya.
Suara ( getaran
acoustik ) digunakan sebagai media pembawa pesan karena dapat merambat
dalam jarak yang jauh di dalam air.
4.1.2.
Organ Penerimaan Getaran pada Ikan
a. inner
ear
Inner ear
merupakan organ dalam pendengaran pada ikan.
Ikan memiliki telinga dalam tapi tidak memiliki telinga luar dan tengah hal
ini dikarenakan ikan tidak membutuhkan telinga tengah. Kanal semisirkular berfungsi mendeteksi perubahan arah. Otolith berfungsi melaporkan arah
gravitasi. Kanal Semisirkularis Terdiri
dari tiga bagian yaitu anterior, posterior dan horizontal, dimana ketiganya memanjang ke luar. Bagian dasar kanal
membesar seperti ampula dan terdapat sel rambut. Gerakan cairan akan merangsang
sensor sel – sel rambut yang terdapat
pada dasar kanal. Organ Otolith merupakan
massa kristalin dari kalsium mineral, yeng berfungsi untuk mendeteksi statis
yang terdapat dalam kantong cairan.
b.
gelembung renang
Gelembung renang merupakan organ penting untuk
merespon suara yang dimiliki oleh ikan letaknya terhimpit oleh tulang rusuk
kiri dan kanan di bagian tengah diantara kepala dengan ekor. Selain sebagai
organ pengatur hidrodinamik, gerakan dinding dari gelombang renang juga
mempunyai peranan dalam respon suara dari luar yang selanjutnya dialirkan ke
organ khusus.
Hal
ini diperkuat oleh Hermawan, et all.
(2010) , gelembung renang merupakan organ yang berperan penting dalam proses
fisiologi ikan. Gelembung renang ini berfungsi sebagai alat pernafasan,
penghasil suara, penerima suara, dan menjaga keseimbangan tubuh dalam air.
c.
gurat sisi(linnea lateralis)
Gurat sisi adalah indera peraba yang biasanya ditemukan pada hewan
vertebrata akuatik, terutama pada ikan. Indera ini berfungsi sebagai organ yang
digunakan untuk mengetahui getaran dan pergerakan disekitar lingkungannya. Pada
jenis ikan pemangsa gurat sisi berfungsi sebagai pengindera dan pelacak
mangsanya melalui jejak vorteks, yaitu semacam turbulensi air yang ditinggalkan
ikan ketika berenang cepat saat melarikan diri. Hal ini diperkuat oleh Nikolsky
dalam Hadi Nestiyanto. (2012) alat yang juga mendukung kehidupan ikan adalah
gurat sisi (linea leteralis). Gurat
sisi berfungsi sebagai echo-location yang
membantu ikan untuk mengidentifikasi lingkungannya.
d.
Tingkah laku ikan terhadap suara
Secara
umum, ikan mampu mendengar suara berfrekuensi antara 30 – 100 Hz meski dengan
adaptasi khusus beberapa jenis ikan mampu mendengar suara dengan frekuensi
lebih tinggi yaitu antara 3000 – 5000 Hz. Bahkan, beberapa spesies ikan
tertentu mampu mendengar suara berfrekuensi sangat tinggi. Sementara jenis lain
misalnya belut Eropa sangat sensitif terhadap suara infrasonik (Fitri, 2010).
Ikan nila cenderung diam dan mendekati sumber
suara serta intensitas bukaan operculum
meningkat setelah sumber suara di hidupkan hal ini dapat dikatakan bahawa ikan
nila termasuk kedalam jenis ikan acoustictaksis
positive karena akan mendekat jika ada
sumber suara. Pola tingkah laku ikan terhadap suatu respon akan membentuk suatu
pola yang merupakan ciri khas dari spesies ikan.
Hal ini di perkuat oleh Priana Yatna (2008) , adapun tingkah laku
ikan yang terjadi saat diberikan suara, kecenderungan ikan mas sebelumnya
mengumpul atau mengelompok pada sekitar jatuhnya air, kemudian ketika suara dibunyikan
ikan melakukan pergerakan secara normal menuju sumber suara berada .
4.2.
Materi dan Metode
4.2.1. Materi
a.Alat
Alat
yang digunakan dalam praktikum Tingkah Laku Ikan tersaji dalam tabel .
Tabel . Alat
yang digunakan dalam praktikum Tingkah Laku Ikan.
No
|
Alat
|
Ketelitian
|
Kegunaan
|
1
|
Akuarium Kaca
|
-
|
untuk meletakan dan mengaklimatisasi
ikan
|
2
|
Stopwatch
|
-
|
untuk menghitung waktu permenit
|
3
|
Underwater Speaker
|
-
|
untuk mengeraskan suara yang berasal
dari notebook
|
4
|
Notebook
|
-
|
untuk membunyikan suara
|
5
|
Handy Counter
|
-
|
untuk menghitung bukaan operculum
permenit
|
6
|
alat tulis
|
-
|
untuk mencatat data
|
7
|
Kamera
|
-
|
untuk mendokumentasikan
|
8
|
Modul
|
-
|
untuk menulis data
|
Sumber : Praktikum Tingkah
Laku Ikan, 2014
b. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum
Tingkah Laku Ikan tersaji dalam tabel .
Tabel . Bahan yang digunakan dalam praktikum
Tingkah Laku Ikan.
No
|
Bahan
|
Kegunaan
|
1
|
Ikan air tawar
|
untuk mengetahui bukaan opercelum
|
Sumber : Praktikum Tingkah Laku Ikan, 2014
c. Metode
Prosedur dalam perlakuan terhadap pengaruh suara ialah :
1. Ikan
diaklimatisasi selama 2 hari untuk penyesuaian di akuarium kaca praktikum
2. Menyiapkan
notebook yang tersambung dengan underwater speaker kedalam akuarium kaca
yang berisi ikan marine fish dan freshwater fish.
3. Menghitung
jumlah bukaan operculum ikan dalam 1
menit ketika kondisi aklimatisasi ( control )
4. Sumber
acoustik dengan kisaran frekuensi
tertentu yang berasal dari notebook
dihidupkan.
5. Menghitung
dan mencatat jumlah bukaan operculum
dalam 1 menit
6. Mengulang
kembali perlakuan seperti no.4 dengan sumber acoustik yang berbeda – beda dan pada jenis ikan yang berbeda pula.
Ikan diaklimatisasi selama 2 hari
untuk penyesuaian di akuarium kaca praktikum.
Menyiapkan notebook
yang tersambung dengan underwater
speaker kedalam akuarium kaca yang berisi ikan yang telah
di aklimatisasi.
Menghitung jumlah bukaan operculum secara
1
menit ketika kondisi aklimatisasi
Sumber acoustik dengan kisaran frekuensi tertentu
yang berasal dari notebook dihidupkan
Menghitung
dan mencatat jumlah bukaan
operculum
dalam 1 menit
Mengulang kembali
perlakuan seperti pada no 4 dengan sumber acoustik
yang berbeda-beda
Gambar . Skema Prosedur dalam Perlakuan terhadap
Pengaruh Suara
4.3.
Hasil dan Pembahasan
4.3.1. Tingkah laku ikan sebelum diberi
rangsang suara
Berdasarkan
praktikum tingkah laku ikan topik respon ikan terhadap gelombang acoustik pada ikan nila (oreochomis niloticus) dapat diketahui
bahwa bukaan operculum sebelum diberi
rangsang suara adalah sebagai berikut :
Gambar . Grafik Hubungan Jumlah Gerakan Operculum dengan Waktu
Adanya Rangsang Suara.
Pada praktikum ini jenis ikan yang digunakan
adalah ikan nila.Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa bukaan operculum
setiap menit selama lima kali pengulangan adalah 53 kali pada menit pertama, 41
kali pada menit kedua, 52 kali pada menit ketiga dan menit keempat, dan 51 kali
pada menit kelima. Dan terjadi penurunan bukaan operculum yang cukup drastis
dari menit pertama ke menit kedua. Dan dari menit ketiga sampai menit kelima
jumlah bukaan operculum cenderung stabil. Hal ini dikarenakan pada saat ikan
belum diberi perlakuan menggunakan suara akustik, suara hanya berasal dari ikan
itu sendiri. Hal ini diperkuat oleh Fitri, et
all (2009) yang menyatakan bahwa beberapa ikan menghasilkan suara sebagai
suara isyarat akustik ketika melakukan aktifitas.
4.3.2. Tingkah laku ikan saat diberi
rangsangan
Berdasarkan praktikum tingkah laku ikan
topik respon ikan terhadap gelombang acoustik
pada ikan nila (oreochomis niloticus)
dapat diketahui bahwa bukaan operculum saat diberi rangsang dengan suara acoustik low, middle, dan loud adalah sebagai berikut :
Gambar . Grafik Hubungan Jumlah Gerakan
Operculum dengan Waktu
Adanya Rangsang Suara.
1. Low
Pada
saat ikan nila diberi rangsangan dengan menggunakan rangsangan acoustik
dengan suara rendah ( low ) bukaan
operculum mengalami peningkatan kecuali pada menit pertama, hal ini dikarenakan
ikan tersebut masih melakukan adaptasi dengan jenis suara yang dimainkan.
Tingkah laku dari ikan nila tersebut adalah cenderung mendekati sumber suara
yang bisa dikatakan bahwa ikan tersebut memiliki sifat acoustictaksis positive. Selain itu tingkat kepekaan dalam merespon
suara juga dipengaruhi oleh jenis dan ukuran ikan. Hal ini diperkuat oleh Fay
dan Walton (2008) dalam Aristi Dian Purnama Et
all bahwa sensitifitas frekuensi suara yang dapat diterima ikan berbeda
pada tiap kelompok umur. Pada kelompok ikan pelagis kecil seperti famili Poecillidae, pada umur dewasa memiliki
batasan frekuensi suara tertinggi yaitu 435Hz, sedangkan untuk ukuran muda
adalah 640Hz.
2.
Middle
Pada saat ikan nila diberi
rangsangan acoustik dengan suara middle jumlah bukaan operculum cenderung meningkat kecuali
pada menit keempat yang mengalami penurunan dari 73 kali menjadi 70 kali. Dan
tingkah laku ikan cenderung diam disumber suara dan hanya bergerak ketika ada
gangguan dari ikan lain.
3.
Loud
Pada
saat ikan nila diberi rangsangan suara acoustik dengan volume keras ( loud ) bukaan operculum cenderung mengalami peningkatan kecuali pada menit
terakhir yang mengalami penurunan. Dan tingkah laku ikan nila cenderung diam.
Ikan pasti merespon suara yang diberikan. Karena sifat dari acoustik sendiri yang dapat merambat
diair.
4.3.3.
Tingkah laku ikan setelah diberi rangsang suara
Berdasarkan
praktikum tingkah laku ikan topik respon ikan terhadap gelombang acoustik pada ikan nila (oreochomis niloticus) dapat diketahui
bahwa bukaan operculum sebelum diberi
rangsang suara adalah sebagai berikut :
Setelah
ikan nila diberikan rangsangan jumlah bukaan operculum ikan nila tersebut
cenderung tidak stabil. Dan pergerakan atau tingkah laku ikan cenderung diam
dan menggerombol. Dan rata-rata bukaan operculum
ikan nila sendiri adlah sekitar 66 permenit. Rata – rata jumlah bukaan operculum saat di beri rangsang suara
dengan frekuensi keras sama dengan jumlah bukaan operculum setelah tidak diberi rangsangan suara, hal ini di
karenakan ikan masih beradaptasi dengan lingkungan yang tanpa adanya rangsangan
suara.
0 komentar:
Posting Komentar