CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Minggu, 12 April 2015

LAPORAN TINGKAH LAKU IKAN BAB SUARA



OLEH AIDA NURUS SUROYYA
PSP 13
FPIK UNDIP
IV. SUARA

4.1. TINJAUAN PUSTAKA.
         Suara adalah suatu gelombang mekanis bujur (longitudinal) yang merambat melalui udara, air, dan perantara bermateri lainnya. Suara merupakan salah satu faktor terpenting bagi hewan tingkat tinggi yang mempunyai organ – organ terspesialisasi untuk menghasilkan dan mengamati gelombang - gelombang tersebut. Dengan menggunakan gelombang bunyi, hewan - hewan tersebut mampu berkomunikasi satu dengan yang lainnya selain itu juga untuk memperoleh informasi tentang lingkungannya  termasuk yang hidup dalam air sebagai media komunikasi diantara individu. Ada beberapa jenis ikan yang menjadikan suara sebagai alat komunikasi dari lingkungan sekitar dan dengan individu yang lain. Fungsi suara erat kaitannya dengan organ pendengaran yang dapat merespon suara dari luar, baik yang mendekati sumber  maupun yang menjauhi sumber. Ikan yang mendekati sumber suara dikategorikan sebagai ikan acoustictaksis positive, sedangkan bagi ikan yang menjauhi sumber suara dikategorikan sebagai ikan acoustictaksis negative. 
Beberapa ikan menghasilkan suara sebagai suatu isyarat akustik ketika melakukan aktivitas, antara lain saat berkomunikasi dengan individu yang lain, pencarian pasangan, pendeteksian mangsa, saat mengalami stres, dan saat makan. Sensitivitas frekuensi suara yang dapat diterima ikan berbeda pada tiap kelompok umur. Pada kelompok ikan pelagis kecil seperti famili Poecillidae, pada umur dewasa memiliki batasan frekuensi suara tertinggi yaitu 435 Hz, sedangkan untuk ukuran muda adalah 640 Hz ( Fitri, et all 2009)
4.1.1. Suara di Perairan
          Gerakan acoustik yang merambat pada medium air dapat membawa informasi dari satu tempat ketempat yang lain. Ketika getaran acoustik pembawa informasi tersebut merambat dalam medium, terjadi pelemahan yang diakibatkan oleh sebaran dan sifat serap gelombang pada air. Gelombang acoustik merupakan jenis gelombang longitudinal yang berasal dari  gangguan mekanis. Akibat dari sifat elastis medium  dan pelebaran yang di teruskan dari satu titik ke titik lain di sekitarnya.
 Suara ( getaran acoustik ) digunakan sebagai media pembawa pesan karena dapat merambat dalam jarak yang jauh di dalam air.
4.1.2.  Organ Penerimaan Getaran pada Ikan                                 
         a. inner ear
 Inner ear merupakan organ dalam pendengaran pada ikan. Ikan memiliki telinga dalam tapi tidak memiliki telinga luar dan tengah hal ini dikarenakan ikan tidak membutuhkan telinga tengah. Kanal semisirkular berfungsi mendeteksi perubahan arah. Otolith berfungsi melaporkan arah gravitasi. Kanal Semisirkularis Terdiri dari tiga bagian yaitu anterior, posterior dan horizontal, dimana ketiganya memanjang ke luar. Bagian dasar kanal membesar seperti ampula dan terdapat sel rambut. Gerakan cairan akan merangsang sensor sel – sel rambut  yang terdapat pada dasar kanal. Organ Otolith merupakan massa kristalin dari kalsium mineral, yeng berfungsi untuk mendeteksi statis yang terdapat dalam kantong cairan.
b.  gelembung renang
                 Gelembung renang merupakan organ penting untuk merespon suara yang dimiliki oleh ikan letaknya terhimpit oleh tulang rusuk kiri dan kanan di bagian tengah diantara kepala dengan ekor. Selain sebagai organ pengatur hidrodinamik, gerakan dinding dari gelombang renang juga mempunyai peranan dalam respon suara dari luar yang selanjutnya dialirkan ke organ khusus.
  Hal ini diperkuat oleh Hermawan, et all. (2010) , gelembung renang merupakan organ yang berperan penting dalam proses fisiologi ikan. Gelembung renang ini berfungsi sebagai alat pernafasan, penghasil suara, penerima suara, dan menjaga keseimbangan tubuh dalam air.
c. gurat sisi(linnea lateralis)
                Gurat sisi adalah indera peraba yang biasanya ditemukan pada hewan vertebrata akuatik, terutama pada ikan. Indera ini berfungsi sebagai organ yang digunakan untuk mengetahui getaran dan pergerakan disekitar lingkungannya. Pada jenis ikan pemangsa gurat sisi berfungsi sebagai pengindera dan pelacak mangsanya melalui jejak vorteks, yaitu semacam turbulensi air yang ditinggalkan ikan ketika berenang cepat saat melarikan diri. Hal ini diperkuat oleh Nikolsky dalam Hadi Nestiyanto. (2012) alat yang juga mendukung kehidupan ikan adalah gurat sisi (linea leteralis). Gurat sisi berfungsi sebagai echo-location yang membantu ikan untuk mengidentifikasi lingkungannya.
d. Tingkah laku ikan terhadap suara
                Secara umum, ikan mampu mendengar suara berfrekuensi antara 30 – 100 Hz meski dengan adaptasi khusus beberapa jenis ikan mampu mendengar suara dengan frekuensi lebih tinggi yaitu antara 3000 – 5000 Hz. Bahkan,  beberapa spesies ikan tertentu mampu mendengar suara berfrekuensi sangat tinggi. Sementara jenis lain misalnya belut Eropa sangat sensitif terhadap suara infrasonik (Fitri, 2010).
              Ikan nila cenderung diam dan mendekati sumber suara serta intensitas bukaan operculum meningkat setelah sumber suara di hidupkan hal ini dapat dikatakan bahawa ikan nila termasuk kedalam jenis ikan acoustictaksis positive karena akan mendekat jika ada sumber suara. Pola tingkah laku ikan terhadap suatu respon akan membentuk suatu pola yang merupakan ciri khas dari spesies ikan.
             Hal ini di perkuat oleh  Priana Yatna (2008) , adapun tingkah laku ikan yang terjadi saat diberikan suara, kecenderungan ikan mas sebelumnya mengumpul atau mengelompok pada sekitar jatuhnya air, kemudian ketika suara dibunyikan ikan melakukan pergerakan secara normal menuju sumber suara berada .

4.2.     Materi dan Metode
4.2.1.  Materi
         a.Alat          
            Alat yang digunakan dalam praktikum Tingkah Laku Ikan tersaji dalam tabel   .
Tabel  .  Alat yang digunakan dalam praktikum Tingkah Laku Ikan.
No
Alat
Ketelitian
Kegunaan
1
Akuarium Kaca
         -
untuk meletakan dan mengaklimatisasi ikan
2
Stopwatch
         -
untuk menghitung waktu permenit
3
Underwater Speaker
          -
untuk mengeraskan suara yang berasal dari notebook
4
Notebook
         -
untuk membunyikan suara
5
Handy Counter
         -
untuk menghitung bukaan operculum permenit
6
alat tulis
         -
untuk mencatat data
7
Kamera
         -
untuk mendokumentasikan
8
Modul
         -
untuk menulis data
Sumber : Praktikum Tingkah Laku Ikan, 2014
  b. Bahan
       Bahan yang digunakan dalam praktikum Tingkah Laku Ikan tersaji dalam tabel  .
Tabel  . Bahan yang digunakan dalam praktikum Tingkah Laku Ikan.
No
Bahan
Kegunaan
1
Ikan air tawar
untuk mengetahui bukaan opercelum
Sumber : Praktikum Tingkah Laku Ikan, 2014
 c. Metode
     Prosedur dalam perlakuan terhadap pengaruh suara ialah :
1.      Ikan diaklimatisasi selama 2 hari untuk penyesuaian di akuarium kaca praktikum
2.      Menyiapkan notebook yang tersambung dengan underwater speaker kedalam akuarium kaca yang berisi ikan marine fish dan freshwater fish.
3.      Menghitung jumlah bukaan operculum ikan dalam 1 menit ketika kondisi aklimatisasi ( control )
4.      Sumber acoustik dengan kisaran frekuensi tertentu yang berasal dari notebook dihidupkan.
5.      Menghitung dan mencatat jumlah bukaan operculum dalam 1 menit
6.      Mengulang kembali perlakuan seperti no.4 dengan sumber acoustik yang berbeda – beda dan pada jenis ikan yang berbeda pula.

Ikan diaklimatisasi selama 2 hari untuk penyesuaian di akuarium kaca praktikum.
Menyiapkan notebook yang tersambung dengan  underwater speaker kedalam akuarium kaca yang berisi ikan yang    telah di aklimatisasi.
Menghitung jumlah bukaan operculum secara
                   1 menit ketika kondisi aklimatisasi                  

Sumber acoustik dengan kisaran frekuensi tertentu
yang berasal dari notebook dihidupkan

Menghitung dan mencatat jumlah bukaan
operculum dalam 1 menit

  
  Mengulang kembali perlakuan seperti pada no 4 dengan sumber acoustik yang berbeda-beda
   Gambar  . Skema Prosedur dalam Perlakuan terhadap Pengaruh Suara

4.3.    Hasil dan Pembahasan
4.3.1. Tingkah laku ikan sebelum diberi rangsang suara
 Berdasarkan praktikum tingkah laku ikan topik respon ikan terhadap gelombang acoustik pada ikan nila (oreochomis niloticus) dapat diketahui bahwa bukaan operculum sebelum diberi rangsang suara adalah sebagai berikut :
Gambar  . Grafik Hubungan Jumlah Gerakan Operculum  dengan Waktu        
                 Adanya Rangsang Suara.
         Pada praktikum ini jenis ikan yang digunakan adalah ikan nila.Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa bukaan operculum setiap menit selama lima kali pengulangan adalah 53 kali pada menit pertama, 41 kali pada menit kedua, 52 kali pada menit ketiga dan menit keempat, dan 51 kali pada menit kelima. Dan terjadi penurunan bukaan operculum yang cukup drastis dari menit pertama ke menit kedua. Dan dari menit ketiga sampai menit kelima jumlah bukaan operculum cenderung stabil. Hal ini dikarenakan pada saat ikan belum diberi perlakuan menggunakan suara akustik, suara hanya berasal dari ikan itu sendiri. Hal ini diperkuat oleh Fitri, et all (2009) yang menyatakan bahwa beberapa ikan menghasilkan suara sebagai suara isyarat akustik ketika melakukan aktifitas.
4.3.2. Tingkah laku ikan saat diberi rangsangan
    Berdasarkan praktikum tingkah laku ikan topik respon ikan terhadap gelombang acoustik pada ikan nila (oreochomis niloticus) dapat diketahui bahwa bukaan operculum saat diberi rangsang dengan suara acoustik low, middle, dan loud adalah sebagai berikut :
Gambar  . Grafik Hubungan Jumlah Gerakan Operculum  dengan Waktu        
                 Adanya Rangsang Suara.

1.      Low
                  Pada saat ikan nila diberi rangsangan dengan menggunakan rangsangan acoustik  dengan suara rendah ( low ) bukaan operculum mengalami peningkatan kecuali pada menit pertama, hal ini dikarenakan ikan tersebut masih melakukan adaptasi dengan jenis suara yang dimainkan. Tingkah laku dari ikan nila tersebut adalah cenderung mendekati sumber suara yang bisa dikatakan bahwa ikan tersebut memiliki sifat acoustictaksis positive. Selain itu tingkat kepekaan dalam merespon suara juga dipengaruhi oleh jenis dan ukuran ikan. Hal ini diperkuat oleh Fay dan Walton (2008) dalam Aristi Dian Purnama Et all bahwa sensitifitas frekuensi suara yang dapat diterima ikan berbeda pada tiap kelompok umur. Pada kelompok ikan pelagis kecil seperti famili Poecillidae, pada umur dewasa memiliki batasan frekuensi suara tertinggi yaitu 435Hz, sedangkan untuk ukuran muda adalah 640Hz.
2.      Middle
           Pada saat ikan nila diberi rangsangan acoustik dengan suara middle jumlah bukaan operculum cenderung meningkat kecuali pada menit keempat yang mengalami penurunan dari 73 kali menjadi 70 kali. Dan tingkah laku ikan cenderung diam disumber suara dan hanya bergerak ketika ada gangguan dari ikan lain.

3.      Loud
Pada saat ikan nila diberi rangsangan  suara acoustik dengan volume keras ( loud ) bukaan operculum cenderung mengalami peningkatan kecuali pada menit terakhir yang mengalami penurunan. Dan tingkah laku ikan nila cenderung diam. Ikan pasti merespon suara yang diberikan. Karena sifat dari acoustik sendiri yang dapat merambat diair.
4.3.3. Tingkah laku ikan setelah diberi rangsang suara
 Berdasarkan praktikum tingkah laku ikan topik respon ikan terhadap gelombang acoustik pada ikan nila (oreochomis niloticus) dapat diketahui bahwa bukaan operculum sebelum diberi rangsang suara adalah sebagai berikut :
Setelah ikan nila diberikan rangsangan jumlah bukaan operculum ikan nila tersebut cenderung tidak stabil. Dan pergerakan atau tingkah laku ikan cenderung diam dan menggerombol. Dan rata-rata bukaan operculum ikan nila sendiri adlah sekitar 66 permenit. Rata – rata jumlah bukaan operculum saat di beri rangsang suara dengan frekuensi keras sama dengan jumlah bukaan operculum setelah tidak diberi rangsangan suara, hal ini di karenakan ikan masih beradaptasi dengan lingkungan yang tanpa adanya rangsangan suara.

0 komentar:

Posting Komentar

Lorem Ipsum

kalo ngomen silahkan gratis kok,,,,..hehehe