Hari gini masih makan ikan asin?
kadang masih terdengar gurauan seperti itu. Nada suara yang menganggap bahwa
zaman sekarang kalau seseorang masih ber-lauk-kan ikan asin adalah orang yang
kurang gaul atau kuno apalagi menganggap orang tersebut masih miskin. Tentu
tidaklah salah orang menganggap ikan asin sebagai menu lauk nomor buncit,
karena memang kalau dilihat dari harganya, ikan asin masih kalah dibandingkan
dengan harga teman-temannya sesama ikan seperti lele, gurame, kakap, bandeng,
udang atau jenis lainnya. Tapi kalau dari rasa dan gizi yang terkandung
didalamnya, tentu ikan asin tidak bisa dipandang sebelah mata.
Ikan asin memang bukanlah nama jenis
ikan ikan. Ikan asin disebut demikian karena rasanya yang memang asin yang
disebabkan oleh proses penggaraman. Umumnya ikan yang mempunyai nilai ekonomi
rendahakan diasinkan untuk menambah nilai jual ikan tersebut. Proses
pembuatannya pun tergolong mudah, karena ikan-ikan tersebut hanya perlu di
rendam dalam larutan garam pekat dan dijemur di bawah sinar matahari. Meskipun
terlihat mudah, tetapi ada beberapa factor yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan ikan asin ini. Faktor yang biasanya menjadi kendala adalah ketebalan
ikan, ikan dengan daging tebal akan lebih lama menyerap garam dari luar, untuk
itu ikan tersebut perlu diiris tipis untuk memudahkan proses osmosis (proses
penarikan kristal garam ke dalam tubuh ikan yang disebabkan perbedaan kepekatan
dan tekanan).Selain itu kadar garam yang di butuhkan untuk proses pengasinan
harus pas, untuk menghindari ikan asin menjadi terlalu kaku karena kadar garam
yang masuk ke tubuh ikan berlebihan. Yang juga sangat menentukan dalam proses
pembuatan ikan asin adalah adanya sinar matahari. Nelayan saat ini masih
menggantungkan pengeringan ikan asin dengan bantuan sinar matahari, kalau
matahari bersinar terik, ikan asi akan cepat kering dan hasilnya bagus. Hasil
berbeda akan didapat jika mendung menutupi sinar matahari, selain kualitas yang
menurun, ada kemungkinan ikan asin yang dikeringkan akan malah menjadi busuk.
Nelayan yang mempunyai modal besar biasanya akan menggunakan mesin pengering
listrik untuk menghindari kerugian yang disebabkan oleh ketidakpastian musim
seperti yang terjadi akhir-akhir ini. Bagaimana dengan nelayan kecil?
Penambahan garam atau penggaraman
atau pengasinan yang dilakukan dalam pembuatan ikan asin tidak hanya memberikan
rasa asin pada ikan, hal tersebut juga dimaksudkan untuk proses pengawetan
ikan. Ikan adalah termasuk dalam kategori bahan makanan yang mudah membusuk (
perishable food). Sejak ikan mati, hanya membutuhkan waktu tidak lebih dari 12
jam untuk memulai pembusukan. Penggunaan kadar garam yang tinggi mampu
menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri yang bisa menyebabkan pembusukan pada
daging ikan. Jadi, selain menambah nilai jual ikan yang kurang ekonomis,
pengasinan pada ikan juga menjadikan ikan tahan lama untuk dikonsumsi beberapa
bulan kedepan dengan tidak mengurangi nilai gizi yang terkandung dalam ikan
tersebut.
Dengan warnanya yang
kekuning-kuningan, tentu menjadik daya tarik tersendiri selain karena kandungan
gizi yang ada pada ikan asin. Jika dibandingkan dengan produk olahan ikan lain
yang lebih modern seperti ikan sarden atau teri kering, komposisi nilai gizi
ikan asin tidaklah kalah. Ikan asin mempunyai kandungan protein 42 gr, lemak
1,5 gr, dan zat besi 2,5 gr. Sarden mengandung protein 21,1 gr, lemak 27 gr,
dan zat besi 3,5 gr. Ikan teri kering mengandung protein 33,4 gr, lemak 3 gr,
dan zat besi 3,6 gr.
Dengan kandungan protein yang tetap
tinggi, tidaklah mengherankan jika ada sebagian masyarakat yang menjadikan ikan
asin menjadi menu utama mereka. Bagaimana dengan anda?
Pasti sudah banyak yang tahu kalau
ikan, baik ikan air tawar maupun ikan laut merupakan sumber gizi. Begitu banyak
kandungan gizi yang bisa di dapat dari ikan. Tapi sayang tingkat konsumsi ikan
di masyarakat terbilang masih sangat rendah. Ikan merupakan sumber protein
hewani, kandungan protein ikan terbilang cukup tinggi. Selain protein, ikan
juga mengandung lemak dan zat besi.
Daya tahan ikan yang relatif rendah,
mengharuskan kita pandai memilih ikan yang benar-benar sehat untuk dikonsumsi.
Membeli ikan dalam kondisi hidup adalah pilihan yang paling tepat untuk
memastikan kesegarannya. Tetapi biasanya ikan hidup diberi harga yang lebih
mahal. Sedangkan untuk ikan olahan seperti ikan asin anda harus lebih ekstra
hati-hati dalam memilih. Begitu juga dengan ikan dalam kaleng,perhatikan selalu
tanggal produksi dan kadaluwarsanya. Yang perlu diperhatikan juga adalah cara
pengolahan ikan sebelum dikonsumsi. Asam lemak omega 3 akan mudah rusak karena
proses pemanasan atau penggorengan yang terlalu lama. Memasak ikan dalam suhu
di atas 80 derajat celcius yang terlalu lama dapat menghilangkan kandungan gizi
dalam ikan.
KANDUNGAN GIZI PADA IKAN
Kandungan protein ikan lebih tinggi
dari protein serealia dikacang-kacangan, setara dengan daging, sedikit dibawah
telur.
Protein ikan sangat mudah dicerna,
sehingga baik bagi balita yang system pencernaannya belum sesempuna orang
dewasa.
Protein ikan mengandung berbagai
asam amino dalam bentuk yang mendekati asam amino didalam tubuh manusia.
Komposisi asam amino protein ikan juga lebih lengkap dibanding bahan makanan
lain, salah satunya taurin, sangat bermanfaat merangsang pertumbuhan sel otak
balita.
Protein pada ikan tersusun atas asam
amino esensial yang lengkap dan lebih mudah dicerna dibanding protein dari
sumber hewani lainnya. Protein merupakan sumber nutrisi penting untuk
pertumbuhan. Sementara, untuk soal lemaknya, jenis lemak yang ada dalam ikan
berbeda dari lemak yang ditemukan dalam daging sapi atau daging ayam. Jadi,
kalau biasanya orang dengan sengaja membatasi asupan daging merah, termasuk
daging sapi, karena khawatir akan gempuran lemak (jenis asam lemak jenuh) dan
kolesterolnya, tidak begitu halnya dengan ikan.
Ikan
justru diburu karena lemaknya. Pernah dengar minyak ikan? Atau Anda malah sudah
sangat akrab dengan suplemen ini sejak kecil dan kini mewariskan kebiasaan
mengonsumsi minyak ikan ini pada anak-anak Anda? ”Berbeda dari lemak hewan
lainnya, lemak pada ikan berbentuk cair, bahkan di suhu rendah sekalipun.
Makanya, disebut minyak ikan, bukan lemak ikan. Lemak biasanya mengacu pada
bentuk padat, seperti lemak sapi atau lemak kambing,” papar Dr.Ir. Nuri
Andarwulan, M.Sc., ahli pangan dari IPB.
Komposisi lemak pada ikan didominasi
oleh asam lemak tak jenuh ganda rantai panjang (Poly Unsaturated Fatty Acid =
PUFA) dengan khasiat yang dahsyat. Omega 3 (atau disebut dengan asam linolenat)
jenis EPA (Eicosa Pentaenoic Acid) dan DHA (Docosa Hexaenoic Acid) yang
diagungkan sebagai primadona di dalam daging ikan, tak lain merupakan jenis
dari PUFA.
Keduanya merupakan asam lemak
esensial. Artinya, keberadaannya tidak bisa dibentuk sendiri oleh tubuh.
Sehingga, untuk mendapatkannya hanya lewat asupan makanan. Jenis
asam lemak ini memiliki khasiat untuk membantu perkembangan otak dan menjadi
stimulan positif dalam menguatkan daya ingat. Jadi, teori ikan versus
kecerdasan, ternyata bukan sekadar isapan jempol.
DHA berperan penting dalam susunan
jaringan otak sehingga dibutuhkan untuk pertumbuhan otak bayi. Secara alami,
DHA hanya ada di dalam ASI dan ikan,” sambung Nuri. Makanya, kalau
diperhatikan, banyak sekali produk susu atau makanan anak-anak yang
mengunggulkan kandungan DHA sebagai salah satu cara untuk meningkatkan nilai
jualnya agar memiliki kualitas sehebat ASI..Keunggulan lain dari omega 3 pada
ikan berkaitan dengan penyakit degeneratif, seperti jantung dan hipertensi.
Menurut Nuri, dengan rutin mengonsumsi ikan, risiko terserang penyakit jantung
koroner bisa ditekan. ”Di dalam tubuh, asam lemak tak jenuh akan diubah menjadi
HDL (kolesterol baik) yang dapat menurunkan risiko penyempitan pembuluh darah
di jantung,” jelasnya.
Kandungan asam lemak tak jenuh pada
ikan lebih banyak tersebar pada bagian daging ikan yang berwarna kemerahan.
Bagian yang kemerahan ini akan berubah menjadi kehitaman saat dimasak. Anda
bisa dengan mudah melihat perbedaan warna ini secara signifikan pada potongan
pindang ikan tongkol yang dijual di pasaran dalam besek-besek bambu.
Sayangnya, karena ketidaktahuan,
konsumen atau penjual justru sering membuang bagian ini dengan alasan estetika
dan cita rasanya yang lekas tengik akibat kandungan lemaknya yang tinggi. Makin
mendekati bagian kepala, kandungan asam lemak tak jenuhnya makin tinggi. Itulah
yang membuat kepala ikan, seperti kepala ikan salmon atau kepala ikan kakap,
begitu disuka. Bagian yang lebih berlemak akan memberi rasa yang lebih gurih
dan lezat, ’kan?
Ikan, terutama ikan laut, juga
merupakan sumber vitamin (A, B, dan D) dan mineral yang baik. Mineral selenium,
yodium, kalsium, zat besi, dan zinc merupakan jenis mineral yang diunggulkan
dari ikan. Selenium dan zinc merupakan mineral antioksidan yang bisa mencegah
kerusakan DNA dan mencegah penuaan dini. Yodium memiliki peranan penting dalam
mencegah penyakit gondok, kalsium diperlukan untuk massa tulang, dan zat besi
dapat mencegah anemia.
DAFTAR PUSTAKA
TUGAS PAPER KIMIA
PEMANFAATAN SENYAWA PROTEIN DALAM
KEHIDUPAN SEHARI HARI
KANDUNGAN PROTEIN DALAM IKAN ASIN

NAMA :
AIDA NURUS SUROYYA
NIM :
26010313130098
FAKULTAS PERIKANAN DAN
ILMU KELAUTAN
PEMANFAATAN SD
PERIKANAN
0 komentar:
Posting Komentar