CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Minggu, 12 April 2015

IKAN ASIN



           
            Hari gini masih makan ikan asin? kadang masih terdengar gurauan seperti itu. Nada suara yang menganggap bahwa zaman sekarang kalau seseorang masih ber-lauk-kan ikan asin adalah orang yang kurang gaul atau kuno apalagi menganggap orang tersebut masih miskin. Tentu tidaklah salah orang menganggap ikan asin sebagai menu lauk nomor buncit, karena memang kalau dilihat dari harganya, ikan asin masih kalah dibandingkan dengan harga teman-temannya sesama ikan seperti lele, gurame, kakap, bandeng, udang atau jenis lainnya. Tapi kalau dari rasa dan gizi yang terkandung didalamnya, tentu ikan asin tidak bisa dipandang sebelah mata.
            Ikan asin memang bukanlah nama jenis ikan ikan. Ikan asin disebut demikian karena rasanya yang memang asin yang disebabkan oleh proses penggaraman. Umumnya ikan yang mempunyai nilai ekonomi rendahakan  diasinkan untuk menambah nilai jual ikan tersebut. Proses pembuatannya pun tergolong mudah, karena ikan-ikan tersebut hanya perlu di rendam dalam larutan garam pekat dan dijemur di bawah sinar matahari. Meskipun terlihat mudah, tetapi ada beberapa factor yang perlu diperhatikan dalam pembuatan ikan asin ini. Faktor yang biasanya menjadi kendala adalah ketebalan ikan, ikan dengan daging tebal akan lebih lama menyerap garam dari luar, untuk itu ikan tersebut perlu diiris tipis untuk memudahkan proses osmosis (proses penarikan kristal garam ke dalam tubuh ikan yang disebabkan perbedaan kepekatan dan tekanan).Selain itu kadar garam yang di butuhkan untuk proses pengasinan harus pas, untuk menghindari ikan asin menjadi terlalu kaku karena kadar garam yang masuk ke tubuh ikan berlebihan. Yang juga sangat menentukan dalam proses pembuatan ikan asin adalah adanya sinar matahari. Nelayan saat ini masih menggantungkan pengeringan ikan asin dengan bantuan sinar matahari, kalau matahari bersinar terik, ikan asi akan cepat kering dan hasilnya bagus. Hasil berbeda akan didapat jika mendung menutupi sinar matahari, selain kualitas yang menurun, ada kemungkinan ikan asin yang dikeringkan akan malah menjadi busuk. Nelayan yang mempunyai modal besar biasanya akan menggunakan mesin pengering listrik untuk menghindari kerugian yang disebabkan oleh ketidakpastian musim seperti yang terjadi akhir-akhir ini. Bagaimana dengan nelayan kecil?
            Penambahan garam atau penggaraman atau pengasinan yang dilakukan dalam pembuatan ikan asin tidak hanya memberikan rasa asin pada ikan, hal tersebut juga dimaksudkan untuk proses pengawetan ikan. Ikan adalah termasuk dalam kategori bahan makanan yang mudah membusuk ( perishable food). Sejak ikan mati, hanya membutuhkan waktu tidak lebih dari 12 jam untuk memulai pembusukan. Penggunaan kadar garam yang tinggi mampu menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri yang bisa menyebabkan pembusukan pada daging ikan. Jadi, selain menambah nilai jual ikan yang kurang ekonomis, pengasinan pada ikan juga menjadikan ikan tahan lama untuk dikonsumsi beberapa bulan kedepan dengan tidak mengurangi nilai gizi yang terkandung dalam ikan tersebut.
            Dengan warnanya yang kekuning-kuningan, tentu menjadik daya tarik tersendiri selain karena kandungan gizi yang ada pada ikan asin. Jika dibandingkan dengan produk olahan ikan lain yang lebih modern seperti ikan sarden atau teri kering, komposisi nilai gizi ikan asin tidaklah kalah. Ikan asin mempunyai kandungan protein 42 gr, lemak 1,5 gr, dan zat besi 2,5 gr. Sarden mengandung protein 21,1 gr, lemak 27 gr, dan zat besi 3,5 gr. Ikan teri kering mengandung protein 33,4 gr, lemak 3 gr, dan zat besi 3,6 gr.
            Dengan kandungan protein yang tetap tinggi, tidaklah mengherankan jika ada sebagian masyarakat yang menjadikan ikan asin menjadi menu utama mereka. Bagaimana dengan anda?
            Pasti sudah banyak yang tahu kalau ikan, baik ikan air tawar maupun ikan laut merupakan sumber gizi. Begitu banyak kandungan gizi yang bisa di dapat dari ikan. Tapi sayang tingkat konsumsi ikan di masyarakat terbilang masih sangat rendah. Ikan merupakan sumber protein hewani, kandungan protein ikan terbilang cukup tinggi. Selain protein, ikan juga mengandung lemak dan zat besi.
            Daya tahan ikan yang relatif rendah, mengharuskan kita pandai memilih ikan yang benar-benar sehat untuk dikonsumsi. Membeli ikan dalam kondisi hidup adalah pilihan yang paling tepat untuk memastikan kesegarannya. Tetapi biasanya ikan hidup diberi harga yang lebih mahal. Sedangkan untuk ikan olahan seperti ikan asin anda harus lebih ekstra hati-hati dalam memilih. Begitu juga dengan ikan dalam kaleng,perhatikan selalu tanggal produksi dan kadaluwarsanya. Yang perlu diperhatikan juga adalah cara pengolahan ikan sebelum dikonsumsi. Asam lemak omega 3 akan mudah rusak karena proses pemanasan atau penggorengan yang terlalu lama. Memasak ikan dalam suhu di atas 80 derajat celcius yang terlalu lama dapat menghilangkan kandungan gizi dalam ikan.
            KANDUNGAN GIZI PADA IKAN
            Kandungan protein ikan lebih tinggi dari protein serealia dikacang-kacangan, setara dengan daging, sedikit dibawah telur.
            Protein ikan sangat mudah dicerna, sehingga baik bagi balita yang system pencernaannya belum sesempuna orang dewasa.
            Protein ikan mengandung berbagai asam amino dalam bentuk yang mendekati asam amino didalam tubuh manusia. Komposisi asam amino protein ikan juga lebih lengkap dibanding bahan makanan lain, salah satunya taurin, sangat bermanfaat merangsang pertumbuhan sel otak balita.
            Protein pada ikan tersusun atas asam amino esensial yang lengkap dan lebih mudah dicerna dibanding protein dari sumber hewani lainnya. Protein merupakan sumber nutrisi penting untuk pertumbuhan. Sementara, untuk soal lemaknya, jenis lemak yang ada dalam ikan berbeda dari lemak yang ditemukan dalam daging sapi atau daging ayam. Jadi, kalau biasanya orang dengan sengaja membatasi asupan daging merah, termasuk daging sapi, karena khawatir akan gempuran lemak (jenis asam lemak jenuh) dan kolesterolnya, tidak begitu halnya dengan ikan.

Ikan justru diburu karena lemaknya. Pernah dengar minyak ikan? Atau Anda malah sudah sangat akrab dengan suplemen ini sejak kecil dan kini mewariskan kebiasaan mengonsumsi minyak ikan ini pada anak-anak Anda? ”Berbeda dari lemak hewan lainnya, lemak pada ikan berbentuk cair, bahkan di suhu rendah sekalipun. Makanya, disebut minyak ikan, bukan lemak ikan. Lemak biasanya mengacu pada bentuk padat, seperti lemak sapi atau lemak kambing,” papar Dr.Ir. Nuri Andarwulan, M.Sc., ahli pangan dari IPB.
            Komposisi lemak pada ikan didominasi oleh asam lemak tak jenuh ganda rantai panjang (Poly Unsaturated Fatty Acid = PUFA) dengan khasiat yang dahsyat. Omega 3 (atau disebut dengan asam linolenat) jenis EPA (Eicosa Pentaenoic Acid) dan DHA (Docosa Hexaenoic Acid) yang diagungkan sebagai primadona di dalam daging ikan, tak lain merupakan jenis dari PUFA.
            Keduanya merupakan asam lemak esensial. Artinya, keberadaannya tidak bisa dibentuk sendiri oleh tubuh. Sehingga, untuk mendapatkannya hanya   lewat asupan makanan. Jenis asam lemak ini memiliki khasiat untuk membantu perkembangan otak dan menjadi stimulan positif dalam menguatkan daya ingat. Jadi, teori ikan versus kecerdasan, ternyata bukan sekadar isapan jempol.
            DHA berperan penting dalam susunan jaringan otak sehingga dibutuhkan untuk pertumbuhan otak bayi. Secara alami, DHA hanya ada di dalam ASI dan ikan,” sambung Nuri. Makanya, kalau diperhatikan, banyak sekali produk susu atau makanan anak-anak yang mengunggulkan kandungan DHA sebagai salah satu cara untuk meningkatkan nilai jualnya agar memiliki kualitas sehebat ASI..Keunggulan lain dari omega 3 pada ikan berkaitan dengan penyakit degeneratif, seperti jantung dan hipertensi. Menurut Nuri, dengan rutin mengonsumsi ikan, risiko terserang penyakit jantung koroner bisa ditekan. ”Di dalam tubuh, asam lemak tak jenuh akan diubah menjadi HDL (kolesterol baik) yang dapat menurunkan risiko penyempitan pembuluh darah di jantung,” jelasnya.
            Kandungan asam lemak tak jenuh pada ikan lebih banyak tersebar pada bagian daging ikan yang berwarna kemerahan. Bagian yang kemerahan ini akan berubah menjadi kehitaman saat dimasak. Anda bisa dengan mudah melihat perbedaan warna ini secara signifikan pada potongan pindang ikan tongkol  yang dijual di pasaran dalam besek-besek bambu.
            Sayangnya, karena ketidaktahuan, konsumen atau penjual justru sering membuang bagian ini dengan alasan estetika dan cita rasanya yang lekas tengik akibat kandungan lemaknya yang tinggi. Makin mendekati bagian kepala, kandungan asam lemak tak jenuhnya makin tinggi. Itulah yang membuat kepala ikan, seperti kepala ikan salmon atau kepala ikan kakap, begitu disuka. Bagian yang lebih berlemak akan memberi rasa yang lebih gurih dan lezat, ’kan?
            Ikan, terutama ikan laut, juga merupakan sumber vitamin (A, B, dan D) dan mineral yang baik. Mineral selenium, yodium, kalsium, zat besi, dan zinc merupakan jenis mineral yang diunggulkan dari ikan. Selenium dan zinc merupakan mineral antioksidan yang bisa mencegah kerusakan DNA dan mencegah penuaan dini. Yodium memiliki peranan penting dalam mencegah penyakit gondok, kalsium diperlukan untuk massa tulang, dan zat besi dapat mencegah anemia.
DAFTAR PUSTAKA




TUGAS PAPER KIMIA
PEMANFAATAN SENYAWA PROTEIN DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI
KANDUNGAN PROTEIN DALAM IKAN ASIN
A description...
NAMA             : AIDA NURUS SUROYYA
NIM                 : 26010313130098




FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PEMANFAATAN SD PERIKANAN

0 komentar:

Posting Komentar

Lorem Ipsum

kalo ngomen silahkan gratis kok,,,,..hehehe