CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Minggu, 12 April 2015

TUGAS TEKNOLOGI INFORMASI PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN FISHFINDER DALAM SEKTOR PERIKANAN TANGKAP



TUGAS TEKNOLOGI INFORMASI
PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI  DENGAN FISHFINDER DALAM SEKTOR PERIKANAN TANGKAP







Oleh :

AIDA NURUS SUROYYA
26010313130098



PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014


TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN
Wilayah Republik Indonesia sebagian besar berupa laut, oleh karena itu wilayah Indonesia sering disebut sebagai benua maritim. Sebagai archipelagic state (negara kepulauan) dengan luas laut 5.8 juta km2 Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam potensi sumberdaya perikanan dan kelautan. Laut Indonesia terbagi dalam wilayah Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) seluas 2.7 juta km2 dan Laut Teritorial sebesar 3.1 juta km2. wilayah perairan laut Indonesia memiliki kandungan sumberdaya alam khususnya sumberdaya hayati (ikan) yang berlimpah dan beraneka ragam.
Pemanfaatan sumberdaya ikan laut Indonesia di berbagai wilayah tidak merata. Di beberapa wilayah perairan masih terbuka peluang besar untuk pengembangan pemanfaatannya, sedangkan di beberapa wilayah yang lain sudah mencapai kondisi padat tangkap atau overfishing. Karena negara Indonesia dilalui oleh garis khatulistiwa, mempunyai karakteristik yang unik karena di wilayah perairan tersebut sering terjadi interaksi antara masa air yang data dari samudra hindia dan samudra pasifik.
Potensi tersebut merupakan sumber daya alam asli Indonesia yang belum secara optimal dikelola secara serius dalam program pembangunan nasional. Oleh karena itu, diperlukan pengeolaan untuk dimanfaatkan seluas-luasnya bagi peningkatan kesejahteraan dan taraf hidup bangsa Indonesia. Karena sifat diatas, maka keberadaan daerah ikan di perairan Indonesia bersifat dinamis, selalu berubah/berpindah mengikuti pergerakan kondisi lingkungan, yang secara alamiah ikan akan memilih habitat yang lebih sesuai. Sedangkan habitat tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi atau parameter oseonografi perairan seperti temperatur permukaan laut, salinitas, konsentrasi klorofil laut, cuaca dan sebagainya, yang berpengaruh pada dinamika atau pergerakan air laut baik secara horizontal maupun vertical.
Masalah utama yang dihadapi dalam upaya optimalisasi hasil tangkapan ikan adalah sangat terbatasnya data dan informasi mengenai kondisi oseanografi yang berkaitan erat dengan daerah potensi penangkapan ikan. Armada penangkap ikan berangkat dari pangkalan bukan untuk menangkap tetapi untuk mencari lokasi penangkapan sehingga selalu berada dalam ketidakpastian tentang lokasi yang potensial untuk penangkapan ikan, sehingga hasil tangkapannya juga menjadi tidak pasti. Disamping itu, sebagai akibat dari ketidakpastian lokasi penangkapan mengakibatkan kapal penangkap banyak menghabiskan waktu dan bahan bakar untuk mencari lokasi fishing ground, dan ini berarti terjadi pemborosan bahan bakar.
Peran IPTEK sangat sangat diperlukan disini, dimana tanpa adanya dukungan IPTEK yang handal akan sulit bagi nelayan untuk dapat keluar dari lingkaran kemiskinan yang selama ini mengelilingi mereka. Salah satu teknologi yang dapat memberikan informasi kepada nelayan lokal mengenai wilayah perairan yang surplus ikan adalah teknologi penginderaan jauh atau remote sensing. Penginderaan jauh mempunyai potensi untuk aplikasi bagi perikanan tangkap. Beberapa parameter yang diperlukan untuk analisis daerah potensial untuk penangkapan ikan dapat diperoleh dari penginderaan jauh, diantaranya suhu permukaan laut dan konsentrasi klorofil permukaan.


PENERAPAN TEKNOLOGI INDERAJA UNTUK PENANGKAPAN IKAN
              Inderaja dengan menggunakan satelit merupakan sarana yang sangat bermanfaat dalam mengelola sumberdaya perikanan secara bijaksana, termasuk kegunaanya untuk mendeteksi zona potensi penangkapan ikan. Untuk perikanan, bukanlah ikan yang tampak langsung, tetapi adalah fenomena alam yang memungkinkan adanya ikan di suatu tempat, karena pada tempat itu banyak terdapat makanan ikan dan mempunyai kondisi lingkungan yang sesuai ikan tertentu.
              Terdapat sejenis plankton yang mengandung klorofil (zat hijau daun). Plankton ini merupakan makanan ikan-ikan kecil yang pada gilirannya akan menjadi makanan bagi ikan yang lebih besar. Jadi dengan mendeteksi lokasi klorofil, maka secara tak langsung akan mendeteksi lokasi yang mungkin banyak ikannya. Cara mendeteksi klorofil ini, pada dasarnya adalah sangat sederhana. Sensor yang ada pada satelit diberi filter hijau (band hijau) secara digital, artinya detektor akan mendeteksi sinar hijau saja. Jadi sensor mendeteksi klorofil yang ada di laut. Tentu saja sangat perlu dilakukan beberapa sample pengukuran di laut (in-site, pengukuran di tempat), karena belum tentu sinar hijau yang dicatat oleh sensor satelit berasal dari klorofil. Lokasi tempat berkumpulnya ikan dapat ditentukan dengan kombinasi antara lokasi klorofil, suhu permukaan laut, pola arus laut, cuaca, serta karakter toleransi biologis ikan terhadap suhu air. Terdapat beda suhu di seantero muka laut. Hal ini disebabkan oleh naiknya lapisan air laut di sebelah bawah ke atas (upwelling) karena perbedaan suhu. Kenaikan lapisan air ini juga membawa zat makanan bagi kehidupan di laut. Jadi dengan mendeteksi upwelling akan dapat pula memberi petunjuk akan adanya ikan..
         Dengan demikian, penggunaan teknologi penginderaan jauh satelit (Inderaja) khususnya satelit NOAA-AVHRR (National Oceanic and Atmospheric Administration – Advanced Very High Resolution Radiometer) dipadu dengan data oseanografi, data cuaca dan tingkah laku ikan, didukung dengan metode pengolahan dan analisis yang teruji akurasinya, merupakan satu alternatif yang sangat tepat dalam mempercepat penyediaan informasi zona potensi ikan harian untuk keperluan inventarisasi dan evaluasi potensi kelautan.
Data utama yang diperoleh dari data NOAA-AVHRR adalah suhu permukaan laut yang selanjutnya disingkat dengan SPL. Pengamatan suhu permukaan laut dilakukan dengan menggunakan data NOAA-AVHRR, berkaitan dengan fenomena oseanografi khususnya monitoring fenomena upwelling / thermal front harus dilakukan dengan menggunakan data NOAA-AVHRR karena tidak memerlukan data dengan resolusi spasial yang tinggi mengingat wilayah perairan laut yang sangat luas, tetapi memerlukan resolusi temporal (repetitive time) yang cukup tinggi misalnya setiap 4 jam. Suhu permukaan laut merupakan parameter oseanografi yang mempunyai pengaruh sangat dominan bagi keberadaan dan fenomena sumberdaya hayati laut dan dinamikanya. Pengamatan dan monitoring fenomena oseanografi dan sumberdaya hayati laut mengharuskan penggunaan banyak data dalam selang waktu observasi tertentu (harian, mingguan, bulanan, atau tahunan). Citra suhu permukaan laut (SPL) dari suatu perairan yang luas dapat digunakan untuk mengetahui pola distribusi SPL, arus di suatu perairan, dan interaksinya dengan perairan lain serta fenomena upwelling dan thermal front di perairan tersebut yang merupakan daerah potensi ikan.
                 Masalah yang umum dihadapi adalah keberadaan daerah penangkapan ikan yang bersifat dinamis, selalu berubah / berpindah mengikuti pergerakan ikan. Secara alami ikan akan memilih habitat yang lebih sesuai, sedangkan habitat tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi oseanografi perairan. Dengan demikian daerah potensi penangkapan ikan sangat dipengaruhi oleh faktor oseanografi perairan. Kegiatan penangkapan ikan akan menjadi lebih efisien dan efektif apabila daerah penangkapan ikan dapat diduga terlebih dahulu, sebelum armada penangkapan ikan berangkat dari pangkalan.
FISHFINDER
           Fishfinder digunakan untuk mendeteksi besarnya gerombolan ikan pada lokasi yang ditunjukkan pada peta zona potensi ikan. Dengan peralatan canggih berupa fish finder dan perlengkapan Global Positioning System (GPS) dapat memudahkan nelayan mengetahui posisi ikan. Alat tersebut dimungkinkan dapat mengurangi beban nelayan akibat kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM).
Fishfinder merupakan teknologi suatu teknologi pendeteksian bawah air dengan menggunakan perangkat akustik (acoustic instrument). ini sangat efektif untuk
Beberapa langkah dasar pendeteksian bawah air adalah adanya transmitter yang menghasilkan listrik dengan frekwensi tertentu.  Kemudian disalurkan ke transducer yang akan mengubah energi listrik menjadi suara, kemudian suara tersebut dalam berbentuk pulsa suara dipancarkan.
             Bila dibandingkan dengan metode lainnya dalam hal estimasi atau pendugaan, teknologi ini memiliki kelebihan, antara lain: informasi pada areal yang dideteksi dapat diperoleh secara cepat (real time). Dan secara langsung di wilayah deteksi (in situ). Kelebihan lain adalah tidak perlu bergantung pada data statistik. Serta tidak berbahaya atau merusak objek yang diteliti (friendly), karena pendeteksian dilakukan dari jarak jauh dengan menggunakan suara (underwater sound). Teknologi ini juga dapat digunakan dalam mengukur dan menganalisa hampir semua yang terdapat di kolom dan dasar air, aplikasi teknologi ini untuk berbagai keperluan antara lain adalah; eksplorasi bahan tambang, minyak dan energi dasar laut (seismic survey), deteksi lokasi bangkai kapal (shipwreck location), estimasi biota laut, mengukur laju proses sedimentasi (sedimentation velocity), mengukur arus dalam kolom perairan (internal wave), mengukur kecepatan arus (current speed), mengukur kekeruhan perairan (turbidity) dan kontur dasar laut (bottom contour). Saat ini, fishfinder memiliki peran yang sangat besar dalam sektor kelautan dan perikanan, salah satunya adalah dalam pendugaan sumberdaya ikan (fish stock assessment).
Dengan fishfinder ini nelayan bisa mengurangi pengeluaran nelayan terkait dengan borosnya pemakaian BBM. Hal itu mengingat nelayan tidak perlu berputar-putar tanpa arah hanya untuk melacak lokasi yang banyak ikannya, sehingga kemungkinan untuk salah arah sangat kecil. Mereka hanya akan berlayar ke tempat yang terdapat gerombolan ikan di laut sehingga dapat meningkatkan produk ikan laut yang ada. Fishfinder yang digunakan juga dapat memberikan informasi mengenai suhu, arus, kesuburan klorofil dan lainnya.
Pada zaman dulu,fish finder bukan sebuah alat untuk mencari lokasi keberadaan ikan seperti sekarang, bahkan sama sekali tidak terkait dengan bidang perikanan. Pada masa lalu peralatan ini digunakan untuk perang mencari kapal perang yang berada di dalam laut. Kegunaan alat ini memang sebagai alat pengintai objek di dalamair. Kemampuannya pun hanya sampai kedalaman beberapa puluh meter. Setelah berakhirnya era perang antarnegara adikuasa, teknologi persenjataan dan alat–alat canggih digunakan untuk keperluan komersial, termasuk fish finder ini. Teknologinya semakin hari semakin diperbarui. Penggunaan suara yang dipantulkan untuk menampilkan citra di dasar laut dikembangkan sekaligus sehingga bisa mencapai dasar samudera yang kedalamannya bisa sampai ratusan meter untuk mencari lokasi berkumpulnya ikan. Fish finder zaman sekarang sudah banyak dipakai oleh para nelayan. Saat ini peralatan itu, secara umum mampu mendeteksi benda – benda di laut sampai kedalaman 2.000 m.
Semakin canggih berarti semakin luas jarak jangkauannya dan semakin dalam jangkauan dari pemantauannya. Fish finder memanfaatkan teknologi pendeteksian bawah air dengan menggunakan perangkat akustik (acoustic instru-ment). Teknologi ini menggunakan suara atau bunyi untuk melakukan pendeteksian. Sebagaimana diketahui bahwa kecepatan suara di air adalah 1.500m/detik, se-dangkan kecepatan suara di udara hanya 340 m/detik se-hingga teknologi ini sangat efektif untuk deteksi di bawah air.
         Bila dibandingkan dengan metode lainnya dalam hal estimasi atau pendugaan, teknologi ini memiliki kelebihan, antara lain informasi pada areal yang dideteksi dapat diperoleh secara cepat dan secara langsung di wilayah deteksi. Kelebihan lain adalah tidak perlu bergantung pada data statistik. Serta tidak berbahaya atau merusak objek yang diteliti, karena pendeteksian dilakukan dari jarak jauh dengan menggunakan underwater sound. Kehebatan lainnya, teknologi ini juga dapat digunakan dalam mengukur dan menganalisis hampir semua yang terdapat di kolam dan dasar air, aplikasi teknologi ini untuk berbagai keperluan lainnya.
           Negara-negara yang maju pada sektor kelautan perikanan juga menggunakan teknologi ini untuk Melakukan eksplorasi sumber daya dengan cepat, sehingga dapat mengeksploitasi secara optimal, efisien, dan ekonomis karena biaya eksplorasi yang murah dan waktu eksplorasi yang cukup singkat. Jika fish finder pada awal pembuatannya hanya mampu menampilkan warna hitam dan putih dan printernya juga demikian, sekarang bisa memunculkan gambar secara warna, sehingga keakuratan sebuah pencarian menjadi lebih baik.
Dengan fish finder modern Anda akan bisa membedakan manakah sebuah objek hidup ataukah itu adalah sebuah sampah di laut. Fish finder memang menjadi peralatan modern bagi nelayan berduit. Dengan dana yang cukup, mereka bisa saja mencari gerombolan ikan yang berada di lautan dan menangkapnya di sana. Namun jika anda nelayan sejati, kejelian membaca alam adalah modal utama untuk mengetahui keberadaan ikan, ditambah pengetahuan arus laut serta pengalaman melaut yang memadai.
             Tanda – tanda alam seperti adanya lokasi yang dipenuhi camar laut di atasnya, bisa menjadi indikator bahwa di lokasi itu pasti terdapat ikan kecil seperti ikan teri dan tentu saja terdapat ikan besar di dekatnya. Penggunaan peralatan ini bisa membantu mendapatkan lokasi strategis menangkap ikan, namun sekali lagi pengalaman dan pengetahuan tentang arus laut juga sangat penting untuk anda ketahui sebagai syarat agar Anda bisa menentukan lokasi strategis itu. Betapa canggih pun teknologi, jika ditambah dengan pengetahuan yang cukup akan meningkatkan kemampuan nelayan dalam menangkap ikan.
DAFTAR PUSTAKA

KEGUNAAN PROTEIN




Protein merupakan makromolekul yang terdiri dari satu atau lebih polimer. Setiap Polimer tersusun atas monomer yang di sebut asam amino. Masing-masing asam amino mengandung satu atom Karbon(C) yang mengikat satu atom Hidrogen (H), satu gugus amina (NH2), satu gugus karboksil (-COOH), dan lain-lain (Gugus R).
Berdasarkan fungsinya, protein dibagi menjadi dua yaitu protein struktural dan fungsional. Protein yang membangun tubuh disebut Protein Struktural sedangkan protein yang berfungsi sebagai enzim, antibodi atau hormon dikenal sebagai Protein Fungsional.

Protein struktural pada umumnya bersenyawa dengan zat lain di dalam tubuh makhluk hidup. Contoh protein struktural antara lain nukleoprotein yang terdapat di dalam inti sel dan lipoprotein yang terdapat di dalam membran sel. Ada juga protein yang tidak bersenyawa dengan komponen struktur tubuh, tetapi terdapat sebagai cadangan zat di dalam sel-sel makhluk hidup. Contoh protein seperti ini adalah protein pada sel telur ayam, burung,kura-kura dan penyu.

Semua jenis protein yang kita makan akan dicerna di dalam saluran pencernaan menjadi zat yang siap diserap di usus halus, yaitu berupa asam amino.Asam-asam amino yang dihasilkan dari proses pencernaan makanan berperan sangat penting di dalam tubuh, yaitu untuk:
Ø  Bahan dalam sintesis subtansi penting seperti hormon, zat antibodi, dan organel sel lainnya,
Ø  Perbaikan, pertumbuhan dan pemeliharaan struktur sel, jaringan dan organ tubuh,
Ø  Sebagai sumber energi, setiap gramnya akan menghasilkan 4,1 kalori,
Ø  Mengatur dan melaksakan metabolisme tubuh, misalnya sebagai enzim (protein mengaktifkan dan berpartisipasi pada reaksi kimia kehidupan),
Ø  Menjaga keseimbangan asam basa dan keseimbangan cairan tubuh. Sebagai senyawa penahan/bufer, protein berperan besar dalam menjaga stabilitas pH cairan tubuh. Sebagai zat larut dalam cairan tubuh,  protein membantu dalam pemeliharaan tekanan osmotik di dalam sekat-sekat rongga tubuh,
Ø  Membantu tubuh dalam menghancurkan atau menetralkan zat-zat asing yang masuk ke dalam tubuh.
Berdasarkan sumbernya, protein dibagi menjadi dua, yaitu protein nabati dan protein hewani. Protein nabati berasal dari tumbuhan sedangkan protein hewani berasal dari hewan. Protein hewani mengandung profil asam amino yang lengkap termasuk asam amino esensial yang mutlak dibutuhkan untuk perkembangan tubuh. Makanan-makanan yang mengandung protein tinggi antara lain telur, ikan segar, susu murni, daging, dada ayam, kacang kedelai, kacang almond, dan kacang polong.

Kekurangan protein di dalam tubuh dapat mengakibatkan beberapa penyakit. Seperti kwashiorkor, anemia, radang kulit, dan busung lapar yang disebut juga hongeroedem. Karena terjadinya edema (pembengkakan organ karena kandungan cairan yang berlebihan) pada tubuh.

TUGAS TINGKAH LAKU IKAN SPESIFIKASI PERAIRAN LOTIC DAN LETIC




TUGAS TINGKAH LAKU IKAN
SPESIFIKASI PERAIRAN LOTIC DAN LETIC












di susun oleh Kelompok 16
Aida Nurus Suroyya
Widyani
Diana Puji Lestari
Agus Rosadi
Febriansyah

PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
20014/2015


SPESIFIKASI PERAIRAN LOTIC DAN LENTIC
A.    Perairan Lotik
Perairan lotik dicirikan adanya arus yang terus menerus dengan kecepatan
bervariasi sehingga perpindahan massa air berlangsung terus-menerus,
contohnya antara lain: sungai, kali, kanal, parit, dan lain-lain.
Perairan mengalir mempunyai corak tertentu yangsecara jelas membedakannya dengan perairan tergenang. Sejumlah tumbuhan terdapat terbatas pada air yang mengalir. Tumbuhan tersebut mencakup spesies ganggang merah dan paku air. Ada juga tumbuhan  bunga yang khas pada air mengalir, yang secara tertaur berkembang biak dengan biji. Hewan air mengalir mencakup siput air tawar, hydroid, lintah, dan larva lalat hitam.
Beberapa corak pentingpada habitat air mengalir atau tepian air, dapat dijelaskan dalam suatu perbandingan dengan keadaan air tergenang.
1.      Pada air mengalir, alirannya sering bergolak-galik, tetapi dalam air tergenag alirannya, kalau ada, sangat lamban.
2.      Dalam air mengalir pelapisan sangat jarang terjadi.
3.      Hubungan antara kepekatan air dan suhu tak bersangkut paut karena arus yang bergolak.
4.      Pada air mengalir jarang terjadi deoksigenasi. Tetapi pada air tergenang adalah laziim terjadi.
5.      Penumpukan gas seperti karbondioksida dan hidrogensulfida pada air mengalir sangat kecil atau minimum.
6.      Tumbuhan mengakar tak banyak ditemukan di dalam air mengalir karena terganggu oleh penghanyutan.
7.      Plankton tak dapat berkembang subur dalam air mengalir. Plankton yang lazim ditemukan adalah diatom dan rotifer.

B.     Perairan lentik
Perairan menggenang disebut juga perairan tenang yaitu perairan dimana aliran air
lambat atau bahkan tidak ada dan massa air terakumulasi dalam periode waktu
yang lama. Arus tidak menjadi faktor pembatas utama bagi biota yang hidup
didalamnya. Contoh perairan lentik antara lain: Waduk, danau, kolam, telaga,
situ, belik, dan lain-lain. (Satino, 2011)
Organisme di Perairan Menggenang (Lentic)
Menurut Ravera (1997) Perairan menggenang (lentik) adalah suatu bentuk ekosistem perairan yang di dalamnya aliran atau arus air tidak memegang peranan penting. Hal ini karena aliran air tidak begitu besar atau tidak mempengaruhi kehidupan organisme yang ada di dalamnya. Pada perairan ini faktor yang amat penting diperhatikan adalah pembagian wilayah air secara vertikal yang memiliki perbedaan sifat untuk tiap lapisannya, contoh dan jenis perairan ini adalah danau, rawa, situ, kolam dan perairan menggenang lainnya. Perairan menggenang di bagi dalam tiga lapisan utama yang didasari oleh ada tidaknya penetrasi cahaya matahari dan tumbuhan air, yaitu: Littoral, limnetik dan profundal, sedangkan atas dasar perbedaan temperatur perairannya, perairan menggenang dibagi menjadi 3 kelompok yaitu: metalimnion, epilimnion, dan hipolimnion. Kelompok organisme di perairan menggenang berdasarkan niche utama dalam kedudukan rantai makanan meliputi produser (autotrof), makro konsumer (heterotrof) dan mikrokonsumer (dekomposer). Kelompok organisme yang ada di perairan menggenang berdasarkan cara hidupnya meliputi: benthos, plankton, perifiton, nekton dan neuston.
Distribusi Organisme di Perairan Menggenang
 Pada zona litoral, produser utamanya adalah tanaman yang berakar (anggota spermatophyta) dan tanaman yang tidak berakar (fitoplankton, ganggang dan tanaman hijau yang mengapung). Sedangkan konsumernya meliputi beberapa larva serangga air seperti, platyhelminthes, rotifer, oligochaeta, moluska, amphibi, ikan, penyu, ular dan lain sebagainya. Pada zone limnetik, produsernya terutama fitoplankton dan tumbuhan air yang terapung bebas seperti, water hyacinth (Eichornia crassipes), Cerratophyllum spp, Utricularia spp, Hydrilla verticillata, duckweed (Lemna spp); dan vascular plants, seperti: Equisetum spp; Ioetes spp dan Azolla spp. Sedangkan konsumernya meliputi zooplankton dari copepoda, rotifera dan beberapa jenis ikan. Pada zona profundal, banyak dihuni oleh jenis-jenis bakteri dan fungi, cacing darah, yang meliputi larva chironomidae, dan annelida yang banyak mengandung haemoglobin, jenis-jenis kerang kecil seperti anggota famili sphaeridae dan larva "phantom" atau Chaoboras (corethra). Rantai makanan adalah suatu transfer energi dari tumbuhan melalui serangkaian organisme dengan jalan makan-memakan. Pada tiap transfer ada 80-90% energi potensial yang hilang sebagai panas. Oleh karena itu rantai makanan dalam satu deretan jumlahnya terbatas, biasanya 4 - 5 tingkat. Makin pendek rantai makanan, maka lebih banyak tersedia energi yang dapat dimanfaatkan (Irwan,1990).

Perairan tergenang (lentik), khususnya danau, mengalami stratifikasi secara vertikal akibat perbedaan intensitas cahaya dan perbedaan suhu. Selain itu, danau juga tidak memiliki arus, sehingga residence time-nya lebih lama. Perairan tergenang juga memiliki stratifikasi kualitas air secara vertikal yang tergantung pada kedalaman dan musim. Zonase perairan tergenang terbagi menjadi dua, yaitu zona benthos dan zona kolom air. Berdasarkan tingkat kesuburannya, perairan tergenang dapat dibedakan menjadi oligotrofik (miskin hara), meso. trofik (haranya sedang), eutrofik (kaya unsur hara). (Effendi,2003).
Ciri-ciri ekosistem lentik antara lain arusnya stagnan (hampir tidak ada arus), organismenya tidak terlalu membutuhkan adaptasi khusus, ada stratifikasi suhu, substrat dasar berupa lumpur halus, residence time-nya relatif lebih lama. Selain itu juga pada ekosistem tergenang kadar oksigen yang terlarut tidak terlalu besar karena keadaan arusnya yang tenang. Organisme yang mendiami perairan tergenang cenderung beragam dan pH perairannya berkisar antara 6,0-7,0 (Odum, 1971).
Komponen biotik dalam ekosistem perairan tawar
Tumbuhan air tawar dapat dibagi menjadi empat, yaitu:
1.      Jenis tumbuhan merapung. Mencakup ganggung apung renik Lemna, Wolfia, Salvinia, tumbuhan selada air, dan eceng gondok.
2.      Jenis daun merapung. Tumbuhan ini berakar tetapi tangkai daunnya memanjang sampai ke permukaan air. Contohnya seperti teratai.
3.      Jenis timbul. Tumbuhan ini berakar, sebagian batang mencuat ke atas air. Misalnya, Thypa dan Phragmites.
4.      Jenis terendam. Jenis ini merupakan yang paling khas, seperti Cerathopyllum demersum, Myriophyllum, maupun spesies Chara.

Spesies di Perairan Lotik
            Umumnya spesies pada perairan lotik khususnya ikan memiliki bentuk tubuh yang lonjong menyerupai torpedo, hal tersebut terjadi karena bentuk adaptasi morfologi dari ikan tersebut untuk menghadapi arus dari perairan lotik yang sifatnya fluktuatif karena sifat ikan itu sendiri bergerak melawan arus. Jenis ikan pada perairan lotik dibedakan menjadi ikan demersal (berada di dasar) dan ikan pelagis (berada di permukaan).
a.                    Ikan Demersal
Umumnya ikan demersal pada perairan lotik tidak memiliki sisik dan bentuk perutnya agak pipih. Bentuk perut yang seperti itu disebabkan karena karakteristikdasar perairan umumnya terdapat lumpur, pasir, dan bebatuan. Berikut adalah beberapa contoh ikan demersal dari perairan lotik :
1.                   Ikan Baung
                        Ikan yang terkenal lumayan ganas ini merupakan salah satu idola bagi para pemancing sungai karena “tarikan” yang terkenal. Di sungai ikan ini hidup pada perairan berarus deras atau daerah yang tidak terlalu deras serta dalam. Ikan ini biasa berada di dasar sungai, serta tinggal di dekat batang – batang kayu di dasar sungai tersebut.
2.                   Ikan Patin
                        Ikan ini terkenal sebagai perenang yang kuat serta dapat bergerak cepat dalam arus yang deras.
3.                   Ikan Selais
                        Ikan yang dijadikan ikon provinsi Riau ini biasanya hidup bergerombol di sungai, serta memilih tempat tinggal pada bagian dasar sungai dengan arus yang tenang.
4.                   Udang Galah
                        Udang Galah ini biasanya hidup di sekitar perairan yang memiliki banyak tempat berlindung, seperti di dekat batang kayu maupun di balik batu.                               
b.         Ikan Pelagis
Ikan pelagis pada perairan lotik umumnya memiliki bentuk tubuh yang lebih lonjong dari pada ikan yang hidup di dasar. Jenis ikan ini umumnya mempunyai sisik yang digunakan untuk melindungi diri dari benturan benda yang mengapung, beberapa spesies ikan ini hidupnya juga menggerombol. Berikut adalah beberapa contoh ikan pelagis dari perairan lotik :
1.                   Ikan Bara
                        Ikan ini biasanya berada di dekat permukaan air untuk mencari makan. Mangsa ikan yang satu ini adalah ikan – ikan yang lebih kecil. Ikan yang bertipe pemangsa ini akan mengejar apa saja yang bergerak di permukaan air.
2.                   Ikan Toman
                        Salah satu ikan yang juga suka mengejar mangsa di permukaan air adalah ikan Toman. Ikan pemangsa yang terkenal ganas ini juga memangsa binatang yang lebih kecil, yang berada di permukaan air, seperti ikan dan katak.
3.                   Ikan Gabus / Haruan
Ikan ini adalah saudara satu spesies dengan ikan toman, oleh karena itu ikan gabus memiliki kemiripan dengan saudaranya ikan toman. Perbedaan antara keduanya terletak pada ukuran tubuh, dimana ikan toman dapat tumbuh hingga memiliki berat puluhan kilogram. Ikan gabus juga sebagai predator ikan – ikan yang lebih kecil.
4.                   Ikan Kepiyek
                        Ikan ini adalah tipe ikan yang hidup di permukaan atau melayang di tengah sungai.

Spesies di Perairan Lentik
Pada zona litoral, produser utamanya adalah tanaman yang berakar (anggota spermatophyta) dan tanaman yang tidak berakar (fitoplankton, ganggang dan tanaman hijau yang mengapung). Sedangkan konsumernya meliputi beberapa larva serangga air seperti, platyhelminthes, rotifer, oligochaeta, moluska, amphibi, ikan, penyu, ular dan lain sebagainya. Pada zone limnetik, produsernya terutama fitoplankton dan tumbuhan air yang terapung bebas seperti, water hyacinth (Eichornia crassipes), Cerratophyllum sp, Utricularia sp, Hydrilla verticillata, duckweed (Lemna sp), dan vascular plants, seperti: Equisetum sp; Ioetes sp, dan Azolla sp. Sedangkan konsumernya meliputi zooplankton dari copepoda, rotifera dan beberapa jenis ikan. Pada zona profundal, banyak dihuni oleh jenis – jenis bakteri dan fungi, cacing darah, yang meliputi larva chironomidae, dan annelida yang banyak mengandung haemoglobin, jenis-jenis kerang kecil seperti anggota famili sphaeridae dan larva “phantom” atau Chaoboras (corethra).
Kelompok organisme di perairan menggenang berdasarkan niche utama dalam kedudukan rantai makanan meliputi produser, makro konsumer, dan mikro konsumer. Kelompok organisme yang ada di perairan menggenang berdasarkan cara hidupnya meliputi benthos, plankton, perifiton, nekton, dan neuston. Sedangkan jenis ikan menurut daerah / habitatnya dibagi menjadi ikan demersal ( habitatnya berada di bagian dasar perairan ) dan ikan pelagis ( habitatnya berada di bagian permukaan perairan).
a.         Ikan Demersal
Ciri umum jenis ikan demersal pada perairan lentik tidak memiliki sisik dan bentuk perutnya agak pipi dan licin. Berikut adalah beberapa contoh ikan demersal dari perairan lentik :
1.         Ikan Lele
Lele biasa hidup di perairan yang menggenang seperti kolam, danau, waduk, maupun rawa yang berlumpur. Ikan lele biasa dibudidayakan di dalam berbagai jenis kolam karena daya tahanya yang kuat. Ikan ini jenisnya omnivora atau pemakan segala jenis makanan.
2.         Ikan Patin
Ikan patin memiliki bentuk tubuh yang hampir mirip dengan ikan lele. Ikan patin juga merupakan hewan omnivora dan biasa dibudidayakan di kolam.

b.         Ikan Pelagis
Cirri umum ikan pelagis pada perairan lentik dan lotik tidak jauh berbeda. Memiliki sisik pada seluruh maupun sebagian tubuhnya. Bentuknya agak pipih dari ikan jenis pelagis pada perairan lotik yang berbentuk torpedo. Berikut adalah beberapa contoh ikan pelagis dari perairan lentik :
1.         Ikan Cupang
Ikan Cupang biasa hidup di bagian permukaan rawa. Ikan ini bernilai ekonomis karena warna tubuhnya yang indah. Ikan ini termasuk ikan karnivora.
2.         Ikan Gabus
Ikan ini adalah saudara satu spesies dengan ikan toman, oleh karena itu ikan gabus memiliki kemiripan dengan saudaranya ikan toman. Perbedaan antara keduanya terletak pada ukuran tubuh, dimana ikan toman dapat tumbuh hingga memiliki berat puluhan kilogram. Ikan gabus juga sebagai predator ikan – ikan yang lebih kecil.
3.         Ikan Gurame
Ikan Gurame merupakan ikan air tawar yang biasa hidup di rawa. Ikan ini juga biasa dibudidayakan pada kolam semen karena memiliki nilai ekonomis yang cukup. Ikan Gurame termasuk jenis ikan herbivora



 DAFTAR PUSTAKA

Lorem Ipsum

kalo ngomen silahkan gratis kok,,,,..hehehe